SEPUTARTANGSEL.COM – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI memiliki lini usaha baru, Holding Ultra Mikro (UMi), bersama PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.
Seiring berjalannya lini usaha baru ini, digitalisasi kini menjadi senjata utama BRI guna menghadapi tantangan dalam pengembangan bisnis mikro dan ultra mikro.
Digitalisasi sebagai senjata utama ini akan mengatasi dua tantangan utama, yaitu tingginya operational cost dan operational risk khususnya pada pelayanan nasabah yang dilakukan secara manual.
Baca Juga: Bloomberg Catat BRI Sebagai BUMN dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar Sepanjang Sejarah
“Digitalisasi bisa dijadikan senjata utama dalam menghadapi kedua tantangan tersebut. Melalui digitalisasi, tingginya operational cost dan operational risk yang lebih disebabkan karena human error akan lebih terkendali,” ungkap Direktur Utama BRI Sunarso.
Meskipun demikian, digitalisasi juga memiliki tantangan tersendiri dikarenakan banyaknya masyarakat di Indonesia yang masih belum melek digital.
Karena itu, lanjut Sunarso, transisi menuju masyarakat digital pun membutuhkan effort lebih. Nantinya, perusahaan yang akan mendorong SDM agar lebih berperan di garis depan, yakni berinteraksi langsung dengan masyarakat sebagai penyuluh digital yang mengajari masyarakat secara digital.
Terkait optimisme digitalisasi saat pandemi Covid-19, menurutnya justru kondisi pandemi ini mempercepat proses tersebut di tengah masyarakat, bahkan pandemi terbukti dapat menjadi akselerator proses digitalisasi.
Baca Juga: Ini Tiga Aksi Korporasi Besar BRI Jaga Pertumbuhan Berkelanjutan