Tembakan Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan Dianggap Tidak Terukur, Ini Penjelasan Phsycians for Human Right

3 Oktober 2022, 11:36 WIB
Phsycian sfor Human Right /antara/Denpasar Update/

SEPUTARTANGSEL.COM – Tragedi Kanjuruhan menjadi insiden terparah dalam dunia sepak bola di seluruh dunia. Atasnya, sedikitnya ratusan nyawa suporter Arema FC yang bernama Aremania meninggal dunia.

Kejadian yang terjadi di Stadion Kanjuruhan bukanlah yang pertama. Pasalnya, delapan insiden lain serupa telah menghiasi dunia olahraga sepak bola.

Banyak yang menyayangkan semua insiden dalam dunia sepak bola yang menewaskan ratusan pendukung. Di mana seharusnya suporter kedua belah pihak lebih bijak, sebab dalam pertandingan pasti ada yang kalah dan menang.

Baca Juga: 5 Media Asing Ini Soroti Tragedi Kanjuruhan yang Tewaskan Ratusan Aremania

Lebih lanjut Tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022 saat laga derby Jawa Timur tersaji antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.

Dalam pertandingan diketahui, tribun penonton hanya diisi oleh Aremania dan tidak ada pendukung dari Persebaya Surabaya sehingga seharusnya tidak ada kerusuhan antar pendukung.

Tapi, hal yang sangat disayangkan terjadi akibat Arema FC kalah dengn skor 3-2 oleh tim tamunya Persebaya Surabaya. Membuat Aremania kesal hingga mengakibatkan kerusuhan yang merenggut ratusan nyawa.

Baca Juga: Prihatin Tragedi Kanjuruhan, Valentino 'Jebret' Putuskan Mundur dari Komentator BRI Liga 1

Menurut segelintir informasi di media sosial, para korban meninggal akibat gas air mata yang ditembakan oleh aparat yang bertugas menjaga keamanan.

Gas air mata digunakan untuk melerai Aremania yang tampaknya sudah turun ke lapangan. Akan tetapi, tak sedikit kalangan yang menyayangkan tindakan aparat yang tega menembakan gas air mata di ruangan terbatas.

Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan dinilai tidak terukur

Gas air mata dianggap sebagai pemicu ratusan pendukung malang meninggal dunia setelah kekacauan yang terjadi di stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang pada 1 Oktober 2022.

Baca Juga: Imbas Tragedi Stadion Kanjuruhan Telan Korban 180 orang, Liga 3 di Banten Digelar Tanpa Penonton

Dalam dunia sepak bola Indonesia. Ini merupakan tragedi terbesar dalam sejarah. Tidak hanya diam, kejadian ini akan diselidiki sampai tuntas.

Namun, yang menjadi sorotan banyak orang adalah penggunaan gas air mata yang hangat diperbincangkan netizen. Anda musti tahu dengan membacanya sampai habis.

Penggunaan gas air mata sangat umum digunakan di Dunia, dengan tujuan untuk melerai aksi massa yang melakukan tindakan anarkis di ruang terbuka.

Tapi, ada satu hal menarik pada Tragedi Kanjuruhan bersamaan dengan penggunaan gas air mata yang dinilai tidak terukur.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Tewaskan Ratusan Aremania, Manchester United Ucapkan Belasungkawa

Menurut Phsycian sfor Human Right sebagaimana dilansir dari Antara, penggunaan gas air mata haruslah terukur, karena dapat menimbulkan beberapa efek.

Gejala fisik iritasi kimia akibat gas air mata sering mengakibatkan disorientasi yang memicu keadaan takut, cemas, dan panik.

Kepanikan tersebutlah yang membuat para massa berhamburan untuk menjauhi tembakan gas air mata oleh aparat. Terlebih posisi yang tidak tepat karena berada di ruang terbatas seperti stadion dengan jumlah penonton ribuan.

Ashley Parks dari Bull City  Phsycotherapy mengatakan gas air mata sebabkan kematian massal akibat kepanikan dan berujung terinjak-injak.

Baca Juga: Imbas Tragedi Kanjuruhan yang Tewaskan Ratusan Orang, BRI Liga 1 Dihentikan, Sampai Kapan?

“Satu hal yang pasti gas air mata menyebabkan kepanikan dan kekacauan. Kematian massal akibat terinjak-injak bisa terjadi setelah gas air mata digunakan.” Kata Ashley Parks. ***

Editor: Taufik Hidayat.

Tags

Terkini

Terpopuler