Atlet Korsel Jin Jong-oh Sebut Atlet Iran Javad Foroughi Teroris, SouthKoreaRacist Trending di Twitter

2 Agustus 2021, 12:20 WIB
Atlet penembak jitu asal Iran Javad Foroughi yang disebut teroris oleh olimpian Jin Jong-oh. /Foto: REUTERS/ANN WANG/

SEPUTARTANGSEL.COM - Baru-baru ini tagar #SouthKoreaRacist ramai dibicarakan dan menjadi trending topik di media sosial Twitter, tagar ini muncul akibat penyataan salah satu atlet penembak jitu asal Korea Selatan Jin Jong-oh.

Jin Jong-oh yang merupakan salah satu peserta Olimpiade Tokyo itu mengkritik Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Dia melontarkan kritik tersebut karena Komite Olimpiade Internasional telah mengizinkan anggota Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) Javad Foroughi untuk bersaing dan memenangkan medali emas dalam ajang penembak jitu jarak 10 meter.

Baca Juga: Ragukan Sumbangan Rp2 T Akidi Tio, Susi Pudjiastuti: Jika Tidak Benar Ada Klarifikasi Keluarga dan Kapolda

Dia bahkan mempertanyakan bagaimana bisa seorang yang tergabung dalam organisasi yang di cap teroris itu memenangkan medali emas.

"Bagaimana seorang teroris dapat memenangkan tempat pertama? Itu hal yang paling absurd dan konyol," ujar Jin Jong-oh yang dilansir dari Guardian.

Sebelumnya, pada tahun 2019 Amerika Serikat memberikan klaim bahwa organisasi IRGC ini adalah organisasi teroris.

Baca Juga: Ayah Vicky Prasetyo Dilarikan ke Rumah Sakit karena Terpapar Covid-19, Teman-Teman Artis Ikut Kirim Doa

Kelompok United for Navid, yang dibentuk setelah eksekusi pegulat Iran Navid Afkari setelah dia memprotes rezim juga mendesak komite IOC untuk segera melakukan penyelidikan.

Kelompok United for Navid memperingatkan bahwa IOC 'terlibat dalam mempromosikan terorisme dan kejahatan terhadap kemanusiaan' jika gagal bertindak.

"Kami menganggap pemberian medali emas Olimpiade kepada penembak jitu Iran Javad Foroughi tidak hanya menjadi bencana bagi olahraga Iran tetapi juga bagi komunitas internasional, dan terutama reputasi IOC. Foroughi yang berusia 41 tahun adalah anggota organisasi teroris saat ini dan sudah lama," ujar ketua United for Navid dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Presiden AS Joe Biden Prediksi Jakarta akan Tenggelam 10 Tahun Mendatang, Abbas: Jangan Kita Anggap Enteng

"IRSG memiliki sejarah kekerasan dan pembunuhan tidak hanya terhadap orang-orang Iran dan pengunjuk rasa di sana, tetapi juga orang-orang yang tidak bersalah di Suriah, Irak dan Lebanon. Ini adalah organisasi teroris asing yang ditunjuk oleh Amerika Serikat," tambahnya.

Kelompok United for Navid juga menyerukan penyelidikan untuk kasus ini dan menyarankan untuk melakukan penangguhan penghargaan medali sampai kasus ini selesai.

"Kami menyerukan penyelidikan segera oleh IOC, dan sampai penyelidikan selesai, penangguhan penghargaan medali apapun,"

Baca Juga: Usai Perpanjang Masa Darurat Militer di Myanmar, Min Aung Hlaing Akan Segera Gelar Pemilu

Sementara itu, Foroughi menjelaskan kalau dia bertugas di Suriah sebagai perawat antara tahun 2013 dan 2015.

Dalam sebuah wawancara sebelum Olimpiade, dia menceritakan bahwa dia pertama kali mencoba menembak dengan pistol di aula yang terletak di bawah gedung rumah sakit tempatnya bertugas sebagai perawat.

Dia menjelaskan kalau sebelumnya belum pernah melihat pistol. tetapi setelah diinstruksikan dia mampu mencetak sekitar 85 poin dari 10 tembakan.***

Editor: Muhammad Hafid

Tags

Terkini

Terpopuler