Hindutva Pop, Lagu yang Produksi Musik Anti Muslim India dan Ubah Pola Kekerasan

- 2 Juni 2022, 16:03 WIB
Prem Krishnavanshi, penyanyi yang populerkan 'HIndutva Pop. lagu kebencian anti Muslim India.
Prem Krishnavanshi, penyanyi yang populerkan 'HIndutva Pop. lagu kebencian anti Muslim India. /Foto: Couertesy Prem Prem Krishnavanshi Via Al Jazeera//

SEPUTARTANGSEL.COM - Hindutva adalah kata dalam bahasa Hindi (India) yang mengacu pada gerakan supremasi Hindu India.

Berdasarkan hal tersebut, sejak Narendra Modi menjadi Perdana Menteri (PM) pada tahun 2014 dikenal pula Hindutva Pop. Sebuah lagu yang menunjukkan supremasi Hindu India dan menyebarkan kebencian terhadap Muslim.

Salah satu Hindutva Pop adalah lagu yang diposting Prem Krishnavansi di YouTube tiga tahun silam.

 Baca Juga: Chirag Shetty Pebulutangkis India Banjir Hujatan, Netizen Sebut ‘King of Delay’ Saat Hadapi Kevin-Ahsan

Dalam lirik lagi Hidutva Pop yang dibawakan Krishnavansi, disebutkan: 'Insaan nahi ho saalo, ho tum kassayi, Bahut ho chuka Hindu-Muslim bhai bhai, Anda bukan manusia,Anda adalah tukang daging, sudah cukup persaudaraan Hindu-Muslim'.

Dipicu oleh politik kebencian kontemporer, lagu Krishnavanshi adalah bagian dari Hindutva pop. Budaya massa baru di India di mana lagu-lagu anti Muslim dimainkan dalam aksi unjuk rasa oleh kelompok supremasi Hindu.

Lusinan video yang sama saat ini dapat dengan mudah ditemukan di YouTube dan platform media sosial lainnya. Para pendukung sayap kanan Hindu mencintai dan membagikannya dengan pesan kebencian, pelecehan, danbahkan ancaman genosida yang ditujukan pada minoritas Muslim. 

Meski demikian, penyanyi seperti Krishnavanti menyebut, lagu-lagunya bukan berisi kebencian.

Baca Juga: India Beli Energi dari Rusia, Amerika Serikat Ingatkan Posisinya di Dunia

"Saya tidak berpikir, musik saya Islamofobia. Musik saya menandakan kebenaran. Jika seseorang berpikir itu Islamofobia, saya tidak bisa menghentikan mereka untuk merasa seperti itu," ujar Krishnavansi sebagaimana dikutip SeputarTangsel.Com dari Al Jazeera, Kamis 2 Juni 2022.

Sementara itu, seorang Profesor di Universitas Jawaharlal Nehru, New Delhi, Brahma Prakash mengatakan, musik kebencian telah mengubah pola kekeraan di India.

"Kami tahu pola sejarah kerusuhan dan pembantaian India: Pimpinan akan memberikan pidato dan kerusuhan akan tumpah ke jalan-jalan," kata Prakash.

"Tapi sepertinya pola sudah berubah. Anda tidak membutuhkan seorang pemimpin. Yang Anda butuhkan adalah 'vibrator bhakti'," tambah Prakash.

Baca Juga: Indonesia dan India Sepakati White Shipping Information Exchange

Selanjutnya Prakash menjelaskan vibrator bhakti.   

"Anda tinggal memainkan Dj dan itu akan memenuhi tugasnya. Itu akan menggerakkan massa dan membuat mereka berpartisipasi dalam pembantaian. Anda tidak perlu penghasut untuk kekerasan. Anda mengatur nasa, mengatur trek, dan kebencian akan mengguncang," ungkap Prakash.

Prakash juga menyebut, bentuk musik ini memiliki kesamaan yang mengejutkan dengan yang diproduksi Nazi di Jerman pada tahun 1930-an.

Baca Juga: Tagar 'India Racism' Menggema di Twitter Akibat Larangan Memakai Jilbab bagi Perempuan Muslim

"March band, musik prosesi, slogan-slogan yang diulang-ulang, nyanyian komunal, teriakan Jai Shri Ram (Salam Tuhan Ram) yang berulang-ulang seperti 'Heil," pungkas Prakash. *** 

Editor: Taufik Hidayat


Tags

Terkait

Terkini

x