Uni Eropa Akan Jatuhi Sanksi Atas Pelanggaran HAM Muslim Uighur di Xinjiang, China Berencana Balas Dendam?

17 Maret 2021, 19:11 WIB
Komunitas Muslim Uighur di Tiongkok. Lembaga independen AS menyebutkan bahwa Tiongkok melakukan genosida pada muslim Uighur.* /Pexels/Marc Curtis

SEPUTARTANGSEL.COM - Uni Eropa memutuskan untuk menjatuhkan sanksi kepada China karena dianggap telah melakukan kekerasan dan sejumlah pelanggaran hak asasi manusia (HAM) kepada etnis Uighur di Xinjiang.

Duta Besar China untuk Uni Eropa, Zhang Ming mengaku sangat prihatin setelah Uni Eropa memutuskan untuk memberikan sanksi terhadap pejabat-pejabat di negaranya yang dituduh melakukan penindasan terhadap etnis minoritas di wilayah tersebut.

Zhang menggambarkan sanksi tersebut sebagai gerakan konfrontatif.

Baca Juga: Bulog Rencana Impor Beras, Petani Cirebon Curhat ke Ridwan Kamil Begini

Baca Juga: Video Porno Berdurasi 3 Menit 8 Detik Beredar di Medsos, Diduga Dibuat di Salah Satu Hotel Berbintang di Bogor

"Sanksi berdasarkan kebohongan dapat diartikan sebagai sengaja merusak kepentingan keamanan dan pembangunan China," kata Zhang, dilansir Seputartangsel.com dari South China Morning Post pada Rabu, 17 Maret 2021.

"Kami menginginkan diskusi, bukan konfrontasi. Kamu meminta pihak Uni Eropa untuk berpikir dua kali. Jika beberapa pihak tetap bersikeras untuk melakukan konfrontasi, kami tidak akan mundur karena kami tidak memiliki pilihan lain selain memenuhi tanggung jawab kami kepada orang-orang di negara kami," lanjutnya.

Adapun sanksi tersebut berupa larangan perjalanan dan pembekuan aset, yang rencananya akan dibahas lebih lanjut pada pertemuan para menteri Uni Eropa yang diselenggarakan pada 22 Maret 2021 mendatang.

Baca Juga: Waspada Pemalsuan Buku Nikah, Ini Cara Mengenali yang Asli Menurut Kementerian Agama

Baca Juga: Ganjar Pranowo Siapkan Pembelajaran Tatap Muka di Jawa Tengah, Tinjau Uji Coba di Salatiga

Kemudian, Zhang juga mengatakan bahwa Uni Eropa telah bernegosiasi untuk dapat mengunjungi wilayah barat Xinjiang, di mana wilayah tersebut bahkan sulit diakses oleh para jurnalis dan diplomat asing tanpa adanya persetujuan dan pengawasan resmi.

"Hampir semuanya sudah diatur. Tapi saya sangat menyesal misi Uni Eropa di Beijing mengajukan permintaan yang tidak dapat diterima, jadi itu tidak dapat diterima. Tapi bagaimanapun, Xinjiang terbuka. Terbuka untuk duta besar Eropa, terbuka untuk diplomat asing, jurnalis dan turis, terbuka untuk siapa saja," jelasnya.

Menurut seorang Ahli hubungan internasional dari Universitas Renmin, Profesor Shi Yinhong, Uni Eropa belum pasti akan memberikan sanksi kepada China. Bahkan, sanksi itu hanya akan terbatas pada Xinjiang.

Baca Juga: Menjelang Bulan Ramadan, Ma’ruf Amin Sebut Vaksin Tidak Membatalkan Puasa

Baca Juga: Dirut Bulog, Buwas Ngaku Diminta Impor Beras oleh Mendag dan Menko Perekonomian, Rocky Gerung Bilang Begini

Kemudian Shi juga mengatakan bahwa hubungan China dan Eropa tidak seburuk hubungan dengan Amerika Serikat (AS), sehingga kemungkinan China hanya akan melakukan sedikit serangan balik.

Shi menilai bahwa masih ada banyak ruang agar China dan Uni Eropa dapat bekerja sama.

Sementara itu, seorang Ahli hubungan internasional dari Universitas Lanzhou, Profesor Zhu Yongbiao mengatakan bahwa kemungkinan China akan melakukan balasan timbal balik apabila Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap para pejabat di Beijing.***

Editor: Harumbi Prastya Hidayahningrum

Tags

Terkini

Terpopuler