'Anakku Eril, Anak Sulungku, Anak yang kusayangi,
Aku Ayahmu tulus dan terus berdoa untukmu. Aku Ayahmu penuh dan utuh berharap pada-Nya. Aku Ayahmu, Aku dan Ibumu, kami sekeluarga dan se-Indonesia, tak henti-henti memanggil. Dalam hati. Sedalam-dalamnya menanti.
Nak, kamu di mana?
Nak, kami akan terus menantikan kabar terbaik.
Mata Tuhan menjelajah seluruh bumi, mata yang maha melihat, mata yang tahu dengan pasti, kamu di mana. Semoga Tuhan memudahkan ikhtiar ini. Kepada-Nya, Ayahmu berserah.
Mata Ayahmu mata manusia, Nak, yang saat ini berkaca-kaca. Mata Ayahmu mata yang rindu, Nak, betapa mau kamu selamat.
Nak, kamu di mana?
Nak, Ayahmu cinta'.***