Holding Ultra Mikro (UMi) BRI Jadikan Digitalisasi Sebagai Senjata Utama Hadapi Dua Tantangan

- 13 Oktober 2021, 22:50 WIB
Holding Ultra Mikro (UMi) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI bersama PT Pegadaian (Persero) dan PT PNM menjadikan digitalisasi sebagai senjata utama menghadapi Dua tantangan bisnis mikro dan ultra mikro.
Holding Ultra Mikro (UMi) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI bersama PT Pegadaian (Persero) dan PT PNM menjadikan digitalisasi sebagai senjata utama menghadapi Dua tantangan bisnis mikro dan ultra mikro. /Foto: Dok. BRI/

SEPUTARTANGSEL.COM – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI memiliki lini usaha baru, Holding Ultra Mikro (UMi), bersama PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

Seiring berjalannya lini usaha baru ini, digitalisasi kini menjadi senjata utama BRI guna menghadapi tantangan dalam pengembangan bisnis mikro dan ultra mikro.

Digitalisasi sebagai senjata utama ini akan mengatasi dua tantangan utama, yaitu tingginya operational cost dan operational risk khususnya pada pelayanan nasabah yang dilakukan secara manual.

Baca Juga: Bloomberg Catat BRI Sebagai BUMN dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar Sepanjang Sejarah

“Digitalisasi bisa dijadikan senjata utama dalam menghadapi kedua tantangan tersebut. Melalui digitalisasi, tingginya operational cost dan operational risk yang lebih disebabkan karena human error akan lebih terkendali,” ungkap Direktur Utama BRI Sunarso.

Meskipun demikian, digitalisasi juga memiliki tantangan tersendiri dikarenakan banyaknya masyarakat di Indonesia yang masih belum melek digital.

Karena itu, lanjut Sunarso, transisi menuju masyarakat digital pun membutuhkan effort lebih. Nantinya, perusahaan yang akan mendorong SDM agar lebih berperan di garis depan, yakni berinteraksi langsung dengan masyarakat sebagai penyuluh digital yang mengajari masyarakat secara digital.

Terkait optimisme digitalisasi saat pandemi Covid-19, menurutnya justru kondisi pandemi ini mempercepat proses tersebut di tengah masyarakat, bahkan pandemi terbukti dapat menjadi akselerator proses digitalisasi.

Baca Juga: Ini Tiga Aksi Korporasi Besar BRI Jaga Pertumbuhan Berkelanjutan

Sebagai contoh, penggunaan BRImo terus menunjukan peningkatan signifikan hingga mencapai 86,7% dari 11,7 juta pengguna per Juni 2021.

Sedangkan pengguna QRIS melalui BRI terdapat sekitar 1 juta merchant per September 2021 atau meningkat 700%. Sepanjang 2021 jumlah transaksi melalui e-channel BRI menembus 5,7 miliar.

"Terkait dengan optimisme pertumbuhan kredit, pihaknya sangat optimistis karena di saat kredit (industri perbankan) yang hanya tumbuh kurang dari satu persen saat pandemi, di BRI kredit mikro mampu tumbuh 17 persen,” ujarnya menambahkan.

Prioritas Holding UMi

Seperti diketahui, dalam rangka pembentukan holding ultra mikro, BRI telah merampungkan aksi korporasi rights issue dengan nilai total Rp95,9 triliun.

Baca Juga: BRI dan Bank Raya Luncurkan Pinang Paylater, Fasilitas Dana Talangan Cepat bagi Agen BRILink

Adapun sebesar Rp54 triliun di antaranya berupa non cash berbentuk inbreng saham pemerintah di Pegadaian dan PNM.
Selebihnya, Rp 41 triliun adalah dana tunai dari investor publik. Bahkan rights issue BRI ini pun mengalami oversubscribe sampai 1,53%.

Sunarso pun menjelaskan, dana segar yang digunakan untuk membiayai Holding UMi tersebut akan lebih diprioritaskan untuk pemberdayaan sekitar 14 juta pelaku usaha ultra mikro yang sama sekali belum mendapatkan kucuran dana pengembangan usaha.

Riset perseroan menunjukkan bahwa pada 2019 terdapat sekitar 46 juta pengusaha UMi di Tanah Air. Dari jumlah itu sekitar 20 juta sudah terlayani lembaga keuangan formal seperti Bank, BPR, koperasi simpan pinjam, dan fintech.

Ada pula sekitar 26 juta pelaku usaha UMi yang belum terlayani Lembaga keungan formal. Bahkan terdapat 14 juta yang belum terlayani sema sekali.

Baca Juga: RUPS Luar Biasa BRI Kukuhkan Pemberhentian dengan Hormat Ari Kuncoro dari Wakil Komisaris Utama

Maka, lanjut Sunarso, fokus BRI diarahkan untuk mempercepat dalam memberikan layanan kepada yang belum disentuh lembaga keuangan formal yang sebanyak 14 juta.

"Selanjutnya, kami mengembangkan yang sudah dilayani rentenir atau yang pinjam ke kerabat dan lain-lain, untuk dapat dimasukan ke dalam sistem keuangan yang formal. Saya kira itu dulu yang paling penting yang menjadi prioritas dalam waktu dekat ini,” tuturnya menjelaskan.

Sedangkan terkait sebaran penyaluran dan pemberdayaan, pihaknya berkaca dari Kredit Usaha Rakyat (KUR). Menurutnya yang menerima KUR paling banyak adalah di Jawa dan Bali serta sebagian Sumatra.

Baca Juga: Ini Dia Sosok CEO Termuda BRI, Perempuan Asal Kupang NTT

Pihaknya akan melihat kepadatan penduduk dalam satu wilayah atau density dalam melakukan pemberdayaan dan penyaluran kredit.

“Di semua lini akan ada proses digitalisasi sehingga dapat menjangkau seluruh wilayah, mulai dari area perkotaan, sub urban yang juga sudah banyak digital minded, sehingga diharapkan dapat berjalan lebih cepat," ungkap Sunarso.

Intinya pemerataan tetap kita lakukan dan sasarannya per 100 kepala keluarga berapa yang dapat sentuhan pembiayaan dari lembaga keuangan formal,” tutupnya.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini