3 Dampak dari Perang Rusia-Ukraina bagi Perekonomian Indonesia

5 Maret 2022, 10:03 WIB
Ilustrasi ekspor impor /MichaelGaida/Pixabay

SEPUTARTANGSEL.COM - Peneliti Ekonomi Makro dan Keuangan INDEF Riza Annisa Pujarama menyampaikan perang antara Rusia dan Ukraina secara tidak langsung dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Alasannya, Rusia, Ukraina, dan Indonesia punya mitra dagang yang sama, yaitu China.

Berikut ini adalah beberapa dampak perang Rusia-Ukraina pada Indonesia:

Baca Juga: Vladimir Putin Kecam Sanksi Ekonomi Terhadap Rusia dan Sebut Barat Sebagai ‘Kerajaan Kebohongan’

1. Pengaruhi Sektor Ekspor-Impor

Riza menjelaskan beberapa bulan ke depan, perang akan memengaruhi kinerja ekspor dan impor dari dua negara yang berkonflik itu ke China. Jika sudah berpengaruh ke China maka kemungkinan itu juga akan berpengaruh ke Indonesia.

"Yang perlu menjadi perhatian adalah kinerja ekspor-impor China yang menjadi mitra dagang utama Rusia dan Ukraina. Kinerja ekspor-impor domestik (Indonesia, red) dapat menurun," tutur Riza dikutip SeputarTangsel.Com dari Antara pada Sabtu 5 Maret 2022.

Data Observatory of Economic Complexity (OEC) per 2019, sebagaimana disampaikan oleh Riza saat diskusi, menunjukkan China menempati urutan teratas untuk tujuan ekspor dan impor Rusia.

Per 2019, ekspor Rusia ke China mencapai 14,3 persen, kemudian impor mencapai 19,8 persen.

Baca Juga: Rusia Tembaki PLTN Terbesar di Eropa Milik Ukraina hingga Terbakar, Joe Biden Desak Putin Lakukan Ini

2. Potensi Trend Kenaikan Harga Minyak

Tidak hanya terkait sektor ekspor dan impor, perang Rusia-Ukraina juga dapat memperkuat tren peningkatan harga minyak dunia yang telah naik sejak akhir 2021.

"Peningkatan harga minyak dunia dapat terus terdorong karena Rusia merupakan salah satu negara eksportir minyak terbesar dunia, ini akan memengaruhi ekonomi domestik karena Indonesia merupakan net importir minyak dunia," papar Riza.

Baca Juga: Sanksi Serang Ukraina, Nike dan IKEA Tutup Tokonya di Rusia

3. Pengaruhi Konsumsi dan Daya Beli

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menggunakan GTAP memprediksi Indonesia dapat mengalami kontraksi/perlambatan ekonomi 0,014 persen, sementara ASEAN secara keseluruhan 0,028 persen.

"Potensi penurunan ekspor kemudian kenaikan harga minyak, disusul perlambatan ekonomi akan berpengaruh pada daya beli dan konsumsi masyarakat," ujarnya.

Oleh karena itu, Peneliti INDEF itu menyampaikan sejumlah rekomendasi kepada para pemangku kepentingan, di antaranya Indonesia harus dapat menjaga stabilitas daya beli domestik, menekan inflasi, menjaga sektor konsumsi dan sektor riil.

"Sektor konsumsi dan daya beli harus dijaga oleh pemerintah, karena itu jadi salah satu penopang utama perekonomian Indonesia,"ujar Riza.

Kemudian, ia juga menyarankan pemerintah menjaga kinerja ekspor Indonesia dengan negara-negara mitra utamanya, dan memperluas kerja sama ekspor dan impor.

Terakhir, ia juga menyarankan agar pemerintah mempercepat hilirisasi produk ekspor yang punya nilai tambah demi memperkuat daya saing industri dalam negeri.

Sebelumnya, perang Rusia dan Ukraina mulai sejak 24 Februari 2022 saat Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer ke Donbas.

Tak lama setelah pengumuman itu, Rusia menyerang tujuh kota di Ukraina, termasuk ibu kota negara Kiev.***

Editor: Dwi Novianto

Tags

Terkini

Terpopuler