Oknum Polisi Banting Mahasiswa yang Demonstrasi Hingga Kejang-kejang, KontraS: Tak Bisa Terus Dinormalisas

- 14 Oktober 2021, 07:33 WIB
KontraS menanggapi aksi kekerasan oknum kepolisian yang membanting salah satu mahasiswa dalam penangan demonstrasi di Tangerang
KontraS menanggapi aksi kekerasan oknum kepolisian yang membanting salah satu mahasiswa dalam penangan demonstrasi di Tangerang /Sumber: Istimewa/
 
SEPUTARTANGSEL.COM - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) angkat suara terhadap kejadian oknum polisi yang membanting seorang mahasiswa dalam penanganan demonstrasi di Tangerang.
 
Demonstrasi yang berakhir dengan kerusuhan tersebut dilakukan oleh puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Tangerang (HIMATA) Banten Raya dan dilakukan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-389 Kabupaten Tangerang.
 
Dalam kerusuhan tersebut, seorang mahasiswa yang bernama M Fariz Amrullah diseret sambil dicekik dari belakang oleh Brigadir NP.
 
 
Kemudian, M Fariz Amrullah dibanting ke lantai oleh Brigadir NP yang menyebabkan mahasiswa tersebut mengalami kejang-kejang dan sempat pingsan.
 
KontraS menilai, kekerasan aparat kepolisian terhadap massa aksi tidak dapat dinormalisasi karena sudah terjadi berulang kali.
 
"Kekerasan aparat pada massa aksi berulang kali terjadi dan tak bisa terus dinormalisasi," ungkap KontraS yang dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twitter @KontraS pada Kamis, 14 Oktober 2021.
 
KontraS juga meminta pihak kepolisian serius dalam upaya reformasi Polri dengan menindak tegas aparat yang melakukan kekerasan.
 
 
"Kepolisian harus serius melakukan #ReformasiPolri dengan menindak tegas aparat yang melakukan kekerasan @DivHumas_Polri. Rakyat butuh komitmen Kepolisian untuk mengayomi bukan merepresi apalagi menghabisi," ujar KontraS
 
Selain itu, KontraS berpendapat bahwa aksi yang dilakukan kepolisian dengan membanting salah satu mahasiswa dalam demonstrasi tersebut tidak masuk akal.
 
KontraS mengungkapkan, tindakan kepolisian harus diambil dengan mempertimbangkan secara logis terhadap situasi dan kondisi yang terjadi.
 
"Apa yang dilakukan Kepolisian dalam video itu juga tak masuk akal. Tindakan kepolisian diambil dengan mempertimbangkan secara logis situasi dan kondisi dari ancaman atau perlawanan pelaku kejahatan terhadap petugas atau bahayanya terhadap masyarakat," tutur KontraS.
 
 
Selain itu, KontraS juga mempertanyakan tindakan kepolisian yang membalas aksi penyampaian pendapat yang dilakukan mahasiswa dengan kekerasan.
 
"Inikah yang dimaksud #PolisiTegasHumanis #PolisiSesuaiProsedur? ketika suara mahasiswa dibalas kekerasan?" ungkap KontraS.***

Editor: Harumbi Prastya Hidayahningrum


Tags

Terkait

Terkini

x