Netty: Nakes Jadi Korban Karena APD Tidak Standar, Kok Malah Mau Ekspor? Jaka Sembung Naik Ojek

- 24 Juni 2020, 19:06 WIB
Netty Praetiyani (kiri) memaparkan pandangannya di RDP Komisi IX DPR RI, Senin, 22 Juni 2020.
Netty Praetiyani (kiri) memaparkan pandangannya di RDP Komisi IX DPR RI, Senin, 22 Juni 2020. /- Foto: Dok. Pribadi

Banyak daerah masih berada dalam zona bahaya, bahkan relaksasi PSBB pun masih dalam masa transisi.

"Artinya, kebutuhan dalam negeri akan APD diprediksi masih besar. Seharusnya pemerintah serap dulu APD produksi dalam negeri, pastikan kebutuhan tercukupi, khususnya di wilayah epicenter baru, lalu cabut relaksasi impor kebutuhan APD dan barang kesehatan yang bisa dipenuhi dalam negeri,” tandasnya.

Baca Juga: Manchester City Sikat Burnley 5-0, Jurgen Klopp Mengaku Tidak Terkejut

Sebagaimana diketahui, saat ini terjadi surplus APD di dalam negeri.

Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Perindustrian dan Kementerian Kesehatan, diperkirakan terjadi surplus produksi sebesar 1,96 miliar unit untuk masker bedah, 377,7 juta unit masker kain, 13,2 juta unit pakaian bedah, dan 356,6 juta unit pakaian pelindung medis hingga Desember 2020.

Menurut Netty, melimpahnya APD saat ini akibat relaksasi kran impor dan produksi dalam negeri yang digenjot saat Indonesia sempat alami kelangkaan dan kemahalan APD.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Lowongan Kerja di PT Astra Honda Motor Hingga Gojek PHK 430 Karyawan

“Bukan hanya industri alat dan bahan kesehatan yang bergerak memproduksi APD saat itu, tapi juga industri tekstil, bahkan UMKM. Akhirnya isu standarisasi dan sertifikasi APD agak dikesampingkan. Kini, saatnya pemerintah melakukan seleksi, standarisasi dan sertifikasi APD," ujarnya.

Ia pun mengimbau pemerintah menggunakan APD standar untuk tenaga medis dalam negeri.

Jangan sampai yang terstandarisasi dan diterima dunia diekspor, di dalam negeri malah digunakan yang imitasi.

Halaman:

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

x