KH Cholil Nafis Soal Pria Tendang Sesajen: Apapun Alasannya Tak Dibenarkan Merendahkan Keyakinan Orang Lain

- 10 Januari 2022, 16:41 WIB
KH Cholil Nafis menanggapi pria yang menendang sesajen di gunung Semeru.
KH Cholil Nafis menanggapi pria yang menendang sesajen di gunung Semeru. /Instagram /@cholilnafis/

SEPUTARTANGSEL.COM - Aksi seorang pria menendang sesajen dari Upacara Sedekah Desa Pronojiwo, Sumbersari, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tepatnya di lokasi bencana gunung Semeru menjadi perbincangan publik.

Dalam video yang beredar, pria itu menyebut sesajen merupakan hal yang membuat Allah murka.

Bahkan, pria itu mengatakan sesajen yang membuat azab dari Allah diturunkan kepada manusia. Usai berkata demikian, dia langsung menjatuhkan dan menendang sesajen yang ada.

Baca Juga: Tanggapi Pria Tendang Sesajen, Guru Besar IPB: Janganlah Memaksakan Keyakinan Anda Pada Orang Lain

Aksi pria yang menendang sesajen itu mendapat kecaman dari berbagai pihak. Salah satunya dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis.

Menurut KH Cholil Nafis, adanya sesajen di lokasi bencana erupsi gunung Semeru bisa dikarenakan budaya yang berbeda.

Hal itu diungkapkan oleh KH Cholil Nafis melalui cuitan di akun Twitter @cholilnafis pada Minggu, 10 Januari 2022.

Baca Juga: Gus Miftah Tanggapi Aksi Pria Tendang Sesajen di Semeru: Jangan Merasa Paling Pandai Agar Tidak Salah Arah

"Soal sesajen itu bisa krn keyakinan bisa krn budaya," tulis Cholil Nafis.

KH Cholil Nafis mengungkapkan apapun alasan pria tersebut menendang sesajen, tidak dibenarkan merendahkan keyakinan atau budaya orang lain.

Dia pun menyesalkan tindakan pria yang menendang sesajen di gunung Semeru tersebut dengan nama apapun.

Baca Juga: Sesalkan Video Pembuangan Sesajen di Pronojiwo, Lumajang, Netizen Ramai-ramai Sebar Wajah Pelaku

"Tapi apapun alasannya tak dibenarkan merendahkan keyakinan atau budaya orang lain. Saya menyesalkan prilaku menendang sesajen di gunung itu atas nama apapun," ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak dengan hikmah, bukan dengan cara menginjak dan merendahkan.

"Sebab dakwah itu mengajak dg hikmah bukan menginjak dan merendahkan," ungkapnya.***

Editor: Asep Saripudin


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x